BAHASA INDONESIA SIAP MENYAPA DUNIA

Dapatkah kita hidup tanpa berbahasa? Dapatkah kita hanya mengandalkan simbol-simbol kuno seperti pada zaman purbakala? Tentu saja tidak karena manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan peradaban manusia, bahasa menghasilkan berbagai rumpun di sejumlah wilayah di dunia, misalnya, bahasa Melayu-Indonesia yang dituturkan di Malaysia dan RI. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu menjadi bahasa pergaulan (lingua franca),sekaligus bahasa internasional, mulai dari zaman Sriwijaya, zaman Malaka, zaman Riau-Johor, sampai zaman Riau-Lingga. Pada masa penjajahan di pertengahan abad ke-19, bahasa Melayu ditetapkan sebagai bahasa administrasi kedua setelah bahasa Belanda demi kelancaran birokrasi, ekonomi, dan militer. Bahasa Melayu bentukan kolonial ini mendasari penyusunan bahasa Indonesia sampai masa pergerakan nasional. Perjuangan ini dilanjutkan pada Kongres Pemuda I (2 Mei 1926) yang menyetujui bahasa Indonesia, sebagaimana diusulkan M. Tabrani, sebagai bahasa nasional. Lalu, Kongres Pemuda II (28 Oktober 1928) menerima secara aklamasi dan mengukuhkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Alhasil, Indonesia berhasil merebut kembali kemerdekaan (17 Agustus 1945) dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat perjuangan setelah hampir 3,5 abad dijajah.

Sebagai peringkat 10 besar bahasa yang terbanyak dituturkan di dunia, terdapat dua faktor pendukung potensi bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional, yakni faktor internal dan eksternal. Secara internal, bahasa Indonesia selalu berkembang dinamis dari segi ejaan, lafal, dan gramatikal. Keterbaruan sistem ejaan bahasa Indonesia berimbas pada minat dan ketertarikan negara lain untuk mempelajari bahasa Indonesia. Hal ini ditunjang dengan PUEBI, KBBI (versi cetak, daring, dan luring), TBBI, dan PUPI. Belum lagi diterbitkannya kamus istilah berbagai bidang ilmu, tesaurus, dan glosarium. Perlima tahun, diadakan Kongres Bahasa Indonesia yang membincangkan masalah kebahasaan dan merumuskan produk-produk kebahasaan. Untuk mengembangkan dan melestarikan bahasa Indonesia, didirikanlah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa serta balai/kantor di berbagai provinsi. Diluncurkan super aplikasi Halo Bahasa pada 21 Februari 2022, bertepatan dengan Hari Bahasa Ibu Internasional, mempermudah pengguna untuk mengakses layanan kebahasaan Badan Bahasa secara terintegrasi pada sistem aplikasi android, diantaranya BIPA, KBBI, UKBI, SPAI, dan Dapobas. Juga terdapat layanan kebahasaan dan kesastraan untuk UKBI, Ahli Bahasa, Penerjemahan, serta Bahasa dan Hukum. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia mampu berperan sebagai bahasa dan sarana komunikasi di segala bidang.

Faktor internal kebahasaan menunjukkan bahwa pengucapan bahasa Indonesia lebih enak didengar dan lebih mudah dipahami ketimbang bahasa Melayu. sementara itu, faktor ekstrenal, baik langsung maupun tidak langsung, menjadikan bahasa Indonesia makin potensial sebagai bahasa Internasional. Secara langsung, jumlah penutur bahasa Indonesia terbesar ke-4 di dunia. Didukung dengan sikap positif penutur yang gemar berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sehingga membangkitkan kebanggaan berbahasa. Secara tidak langsung, kekayaan alam yang memesona, keunikan budaya, dan adat istiadat menjadi daya tarik bagi wisatawan, investor, dan peneliti untuk mengeksplorasi Indonesia. Keramahan masyarakat dan keunikan warganet Indonesia yang terkenal di seluruh dunia membuat wisatawan asing berbondong-bondong ingin mengenal Indonesia. Tidak sedikit WNI yang bermukim di luar negeri, diantaranya pelajar, mahasiswa, dan pekerja, berandil dalam pengenalan budaya dan adat istiadat yang unik melalui bahasa Indonesia. WNI yang berwisata ke luar negeri tidak jarang menemukan pedagang yang fasih berbahasa Indonesia, seperti di beberapa negara ASEAN dan di tanah suci.

Menanggapi klaim PM Malaysia, Ismail Sabri Yaakob, ketika melawat ke Indonesia terkait bahasa Melayu yang telah disetujui Presiden Jokowi sebagai bahasa resmi ASEAN. Ini menjadi isu hangat yang diperbincangkan, padahal Jokowi tidak pernah merasa menyetujuinya. Klaim ini merupakan bentuk kepanikan Malaysia yang mengetahui bahwa bahasa Indonesia telah dipelajari di lebih dari 40 negara di dunia. Diperkuat dengan warganet di seluruh dunia yang menyadari bahwa perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat. Menanggapi isu tersebut, masyarakat dan pemerintah Indonesia diimbau untuk memberdayakan bahasa Indonesia di mata dunia. Perang opini ditunjukkan beberapa balai/kantor bahasa di Kepulauan Riau, Bangka Belitung, dan Riau melalui testimoni dari kalangan budayawan, politisi, akademisi, dan sejarawan yang berpengaruh di daerah. Tak kalah heboh, warganet Indonesia juga saling sindir hingga menjadi tren di jagat maya. Pemerintah Indonesia melalui Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, sudah lama memimpikan internasionalisasi bahasa Indonesia.

Terkait isu dan mimpi besar itu, Endang Aminudin Aziz, selaku Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, memaparkan lima alasan bahwa bahasa Indonesia lebih pantas menjadi bahasa internasional ketimbang bahasa Melayu. Pertama, fakta sejarah menyatakan bahwa asal muasal bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Namun, telah disepakati dalam Ikrar Sumpah Pemuda bahwa bahasa baru itu dinamakan bahasa Indonesia. Kedua, bahasa Melayu berkedudukan sebagai bahasa daerah di Indonesia, sedangkan bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional. Ketiga, bahasa Indonesia bersifat terbuka yang dibuktikan dengan pengayaan kosakata dan istilah yang menyerap bahasa asing, seperti Portugis, Belanda, Jepang, Arab, Cina, dsb, serta bahasa daerah, dari Sabang sampai Merauke, sedangkan bahasa Melayu menyerap bahasa Inggris, Cina, Tamil, bahkan bahasa Indonesia. Keempat, jumlah penutur bahasa Indonesia lebih melimpah daripada bahasa Melayu, sekitar 279 juta jiwa, belum termasuk pemelajar BIPA di lebih dari 40 negara. Kelima, tingkat keterpahaman (mutual intelligibility) bahasa Indonesia lebih tinggi daripada bahasa Melayu. Hal ini terbukti dengan siaran radio berskala internasional, seperti BBC, Radio Australia, VOA, dan Radio Belanda, yang rutin bersiar dalam bahasa Indonesia. Diperkuat dengan berbagai laman internet yang menyajikan informasi berbahasa Indonesia.

Bapak Presiden Jokowi pun di berbagai momentum tidak luput memperkenalkan Indonesia melalui pidato-pidato kenegaraannya. Apalagi Indonesia menjadi tuan rumah dan satu-satunya negara ASEAN yang terlibat di G20. Ini merupakan kesempatan besar untuk kita menyapa dunia dengan bahasa Indonesia yang menjadi kebanggaan seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini, Kemendikbudristek melalui Badan Bahasa bertanggung jawab dalam mengembangkan dan melestarikan bahasa Indonesia melalui beberapa program beasiswa, pertukaran pelajar, dan layanan kebahasaan, diantaranya kerja sama program BIPA di 428 lembaga, baik yang difasilitasi Badan Bahasa maupun yang terselenggara secara mandiri oleh pegiat BIPA, pemerintah, dan lembaga di LN. Ratusan pengajar BIPA secara berkala dikirim ke berbagai negara, bahkan disusun pula bahan ajar bagi warganya yang berminat untuk mempelajari bahasa Indonesia. Selain itu, program UKBI Adaptif diperuntukkan bagi para pekerja asing dan mahasiswa asing di Indonesia. Bahasa Indonesia juga menjadi mata kuliah di sejumlah kampus di Eropa, AS, dan Australia, serta bebeapa PT terkemuka di Asia.

Mimpi besar ini harus melibatkan kerja sama dan patisipasi yang holistik dari semua pemangku kepentingan, pemerintah, ahli bahasa, cendekia, dan masyarakat umum. Kita sebagai pengguna bahasa Indonesia harus mendukung mimpi besar ini melalui tindakan nyata dengan mengusulkan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional di forum-forum besar dunia, seperti PBB. Selain itu, upaya nyata dapat dilakukan dengan dukungan melalui semua platform medsos dengan berbagai tagar, seperti #bahasaindonesiamenyapadunia, #banggaberbahasaindonesia, dan #bahasaindonesiagointernasional. Semoga di usia ke-77 tahun merdeka, Indonesia dapat meningkatkan level salah satu butir Sumpah Pemuda, yakni bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa resmi internasional. (Lia)