Lagu ini merupakan lagu untuk mengingatkan kembali bagi orang Toraja yang merantau untuk tetap selalu ingat tanah kelahiran, Tana Toraja.
Marendeng marampa’ kadadianku
Dio padang digente’ Toraya
Lebukan Sulawesi
Mellombok membuntu mentanetena
Nakabu’ uma sia pa’lak
na sakkai Salu Sa’dan
Kami Sang Torayan
Umba umba padang ki olai
Maparri’ masussa ki rampoi
Tang ki pomabanda penawa
Ya mo passanan tengko ki
Umpasundun rongko’kan
(Aman tentram kelahiranku)
(Di tanah yang disebut Toraja)
(di Pulau Sulawesi)
(Dari Lembah, perbukitan hingga gunungnya)
(Terhampar sawah dan kebun yang sejuk)
(dialiri Sungai Sa’dan)
(Kami orang Toraja)
(Dimanapun tanah yang kami tuju)
(Susah dan derita kami hadapi)
(Takkan menyurutkan semangat kami)
(Karena sudah menjadi beban hidup kami)
(Untuk meraih kesempurnaan hidup kami)
Makna Lirik Kebahasaan:
Lirik dari lagu ini menggambarkan Toraja yang indah sebagai tanah kelahiran dan falsafah hidup orang Toraja yang bekerja keras untuk hidup walaupun sedih dan susah (Maparri’ Massusa), karena orang Toraja sepenuhnya sadar itu adalah konsekuensi yang harus diterima (Iamo Passanan Tengkoki, umpasundun rongko kan). Adapun hamparan awah (uma) dan ladan (Pa’lak) yang juga mengidenatifikasi bahwa sebagian dari orang Toraja memiliki mata pencaharian petani.